Minggu, 05 Mei 2019

Fungsi Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

MAKALAH

Fungsi Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Manajemen sarana dan prasarana

DOSEN PEMBIMBING
Abdul Haq AS, S.pd.I,  M.Pd.I



Elisatul Jennah
Liza Fadiyah
Riski Nur Arifah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AT-TAQWA BONDOWOSO
2018 / 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkat dan hidayahnya hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ FUNGSI SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN”.
Makalah ini disusun guna mengetahui fungsi sarana dan prasarana pendidikan dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyediakan sumber-sumbernya yang berupa makalah dan tulisan yang telah kami jadikan refrensi guna menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari teman teman kami terima demi menyempurnakan makalah ini.





                                                                                                     Bondowoso, 7 April 2018

                                                                                                                 penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
Latar belakang .....................................................................................................1
Rumusan masalah ................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
Fungsi sarana dan prasarana pendidikan...............................................................2
BAB III PENUTUP..........................................................................................................10
Kesimpulan ..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Fungsi sarana dan prasarana dalam dunia pendidikan sangat diperlukan karena sangat menunjang proses dalam pendidikan, apalagi seperti yang kita ketahui bersama manfaat dan fungsi dari sarana dan prasarana dalam pendidikan sangat penting dalam proses belajar dan pembelajaran apalagi sekarang ini teknologi sangat canggih dan modern, harapannya dapat bersaing dengan Negara Negara yang sudah maju, dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia terciptalah pendidikan yang bermutu dan anak bangsa juga bisa membuka pengetahuan yang lebih luas.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja fungsi sarana dan prasarana pendidikan?
C.      TUJUAN PENULISAN
1.       Untuk mengkaji tentang fungsi sarana dan prasarana pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

FUNGSI SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
Alat pembelajaran
Alat pembelajaran adalah alat-alat yang di gunakan untukrekam merekam bahan pelaran atau alat pelaksanaan kegiatan belajar. Yang di sebut dengan kegiatan “merekam” itu bisa berupamenulis, mencatat, melukis, menempel (di TK), Dan sebagainya. Papan tulis, misalnya termasuk alat pembelajaran jika di gunakan guru untuk menuliskan materi pelajaran. Termasuk juga kapur (untuk chalkboard) atau spidol (untuk whiteboard) dan penghapus papan tulis, buku tulis, pensil, pulpen atau bolpoin, dan penghapus (karet stip dan “tipeks”) juga termasuk alat pelajaran
Alat pelajaran yang bukan rekam merekam pelajaran, melainkan alat kegiatan belajar adalah alat-alat pelajaran olahraga (bola, lapangan, raket, dsb), alat-alat praktikum, alat-alat pelajaran yang di gunakan di TK (gunting, kertas lipat, perekat, ds), alat-alat kesenian dalam dalam pelajaran kesenian, alat-alat “pertukangan” (tukang pahat, tukang kayu, tukang anyam, dsb) dalam pelajaran kerajinan tangan.
Alat peraga
Alat peraga adalah segala macam alat yang di gunakan untuk meragakan (mewujudkan, menjadikan terlihat) objek atau meteri pelajaran (yang tidak tampak mata atau tak terindra, atau susah untuk di indra). Manusia punya raga (jasmani, fisik), karena dengan itu lef4x manusia terlihat. Dengan kata lain, bagian raga dari makhluk manusia merupan bagian yang tampak, bisa dilihat (bagian dalam tubuh manusia pun bisa dilihat, tentu saja jika “dibedah”). Itu intinya “meragakan” yaitu menjadikan sesuatu yang “tak terlihat” menjadi terlihat. Dalam arti luas yang tak terindra (teraba untuk yang tuna netra).
Alat peraga suka dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) alat peraga langsung (2) alat peraga tidak langsung
Alat peraga langsung, yaitu jika guru menerangkan dengan menunjukkan dengan menunjukkan benda sesungguhnya (benda di bawa ke kelas, atau anak di ajak ke benda)
Alat peraga tidak langsung, yaitu jika guru mengadakan penggantian terhadap benda sesungguhnya, berturut-turut dari yang konkrit ke yang abstrak, maka alat peraga dapat berupa: benda tiruan (miniatur), film, slide, foto, gambar, sketsa, atau bagian. Di samping pembagian ini ada lagi peraga atau peragaan yang berupa perbuatan atau kegiatan yang di lakukan oleh guru. Sebagai contoh jika guru bagaimana orang: berkedip, mengengadah, melambaikan tangan, membaca dan sebagainya, maka tidak perlu menggunakan alat peraga, tetapi iya memperagakan.
Media pendidikan
Media pendidikan (media pengajaran) itu suatu yang agak lain sifatnya dari alat pelajaran alat alat peraga. Kadang orang menyebut semua alat bantu pendidikan itu media, padahal bukan. Alat pelajaran alat alat peraga memerlukan keberadaan guru. Alat pelajaran dan alat peraga membantu guru dalam mengajar. Guru mengajarkan materi pelajaran di bantu (agar merid dapat menangkap pelajaran lebih baik) oleh alat pelajaran dan alat peraga. Oleh media, disisi lain. Guru bisa “dibantu digantikan” keberadaannya. Dengan kata lain guru bisa tidak ada di kelas, digantikan oleh media.
Secara bahasa (asal-usul bahasa atau etimilogis) media (medium) itu merupakan perantara. Jadi, bahasa ibu bisa di sebut sebagai medium pengajaran yang di gunakan TK-TK di desa. Bahasa inggris merupakan medium pengajaran di sekolah-sekolah internasional. Itu sisi lain, bukan media sebagai sarana (alat bantu) pendidikan. Begitu pula “dukun” menjadi “medium” berkomunikasi dengan arwah-arwah leluhur (dalam kepercayaan tertentu).
Media (medium) dalam konteks pendidikan mempunyai makna sama dengan media dalam komunikasi (karna pendidikan itu juga komunikasi, komunikasi antara pendidikan dan pendidik atau yang di didik). Media komunikasi merupakan perantara penyampaian pesan (messages) yang berupa informasi dan sebagainya dari komunikator (pembicara) ke komunikasi (yang di ajak bicara).
Menurut Subagyo MS (1990:10) dalam bukunya menajemen logistik menyebutkan bahwa fungsi-fungsi menajemen sarana dan prasarana terdiri dari:
Perencanaan kebutuhan barang
Perencanaan merupakan kegiatan analisis kebutuhan terhadap segala kebutuhan dan perlengkapan yang di butuhkan sekolah untuk kegiatan pembelajaran peserta didik dan kegiatan penunjang lainnya. Kegiatan ini di lakukan segala terus menerus selama kegiatan sekolah berlangsung. Kegiatan ini beiasa di lakukan pada awal tahun pelajaran dan di sempurnakan tiap tri wulan atau tiap semester. Perencanaan dapat di lakukan oleh kepala sekolah, guru kelas, guru-guru bidang study dan di bantu oleh staf sarana dan prasarana.
Prosedur Perencanaan
Mengadakan analisa materi dan alat atau media yang di butuhkan
Seleksi terhadap alat yang masih dapat dimanfaatkan
Mencari dan menetapkan dana
Menunjuk seseorang yang akan di serahkan untuk mengadakan alat dengan pertimbangan keahlian dan kejujuran.
Hal-hal yang harus di perhatikan dalam perencanaan
Perencanaan pengadaan barang harus di pandang sebagai bagian integral dari usaha kualitas proses belajar mengajar
Perencanaan harus jelas
Perencanaan harus realistis, yaitu dapat dilaksanakan dengan jelas, terprogram, sistematis, sederhana, luwes, fleksibel, dan dapat dilaksanakan.
Rencana harus sistematis dan terpadu
Rencana harus menunjukkan unsur-unsur insani ataupun noninsani yang baik
Memiliki struktur berdasarkan analisis
Menunjukkan skala prioritas
Penganggaran
       Fungsi ini terdiri dari atas kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar, yaitu skala mata uang dan jumlah biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku. Anggaran sarana prasarana meliputi ; anggaran pembelian, anggaran perbaikan dan pemeliharaan, anggaran penyimpanan dan penyaluran, anggaran penelitian dan anggaran pengembangan barang.
Pengadaan
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan penyediaan semua jenis sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah di tetapkan sebelumnya. Dalam konteks persekolahan, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan segala kegiatan yang di lakukan dengan cara menyediakan semua keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil perencanaan dengna maksud untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien dengan tujuan yang di inginkan.
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan fungsi operasional kedua dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan setelah perencanaan. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan sesuai dengan dengan kebutuhan,  baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu, maupun tempat dengan harga dan sumber yang dapat di pertanggungjawabkan. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dapat di lakukan secara langsung oleh instansi yang bersangkutan maupun secara terpusat. Pengadaan yang di laksanakan secara terpusat di lakukan oleh pemerintah pusat terhadap pengadaan kendaraan bermotor, mesin kantor, mesin cetak, alat elektronik dan komputer.
Ada beberapa alternatif cara dalam pengadaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan, yaitu:
Membeli
Membeli merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan yang lazim di tempuh yaitu dengan jalan membayar sejumlah uang tertentu kepada penjual atau supplier untuk mendapat sejumlah sarana dan prasarana sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Pembeli di lakukan apabila anggarannya tersedia seperti: pembelian meja, kursi, bangku, lemari, papan tulis, wiriless, dan lain sebagainya.
Membuat sendiri
Pembuatan sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan membuat sendiri yang biasanya di lakukan oleh guru, siswa atau pegawai. Pemilihan cara ini harus mempertimbangkan tingkat efektifitas dan efisiensinya apabila di bandingkan dengan cara pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang lain. Pembuatan sendiri biasanya di lakukan terhadap sarana dan prasarana pendidikan yang sifatnya sederhana dan murah, misalnya alat-alat peraga yang di buat oleh guru dan murid.
Bantuan atau hibah
Penerimaan hibah atau bantuan merupakan cara pemenuhan sarana dan prasaranapendidikan dengan jalan pemberian secara Cuma-Cuma dari pihak lain. Penerimaan hibah atau bantuan harus di lakukan dengan membuat berita acara. Pengadaan dengan cara menrma bantuan, sumbangan, hibah, dan menerima hak pakai dapat di laksanakan jika dalam kegiatan itu telah terpenuhi syarat-syarat tertentu, misalnya: bersifat lunak, tidak mengikat, tidak bertentangan dengan politik pemerintah, tidak membahayakan pelestarian pancasila, tidak membahayakan keamanan nasional, dan lain-lain.
Menyewa
Penyewaan merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan dengan jalan pemanfaatan sementara barang milik pihak lain untuk kepentingan sekolah dengan cara membayar berdasarkan perjanjian sewa-menyewa. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara ini hendaknya di lakukan apabila kebutuhan sarana dan prasarana bersifat sementara atau temporer.
Meminjam
Meminjam merupakan penggunaan barang secara Cuma-Cuma untuk sementara waktu dari pihak lain untuk kepentingan sekolah berdasarkan pinjam meminjam. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara ini hendaknya di lakukan apabila kebutuhan sarana dan prasarana bersifat sementara dan temporer dan harus mempertimbangkan citra baik sekolah yang bersangkutan.
Mendaur ulang
Mendaur ulang merupakan kegiatan mengolah barang-barang bekas yang kegunaannya sudah berkurang dengan cara peleburan atau perakitan agar barang-barang tersebut berguna kembali dan memiliki nilai tambah. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara mendaur ulang adalah sarana dan prasarana melalui aktifitas pemanfaatan barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang berguna untuk kepentingan sekolah. Misalnya pembuatan alat pelajaran dan media pendidikan dari limbah kayu atau limbah kertas, seperti pembuatan kertas doorslag dari bubur kertas koran untuk membuat lukisan dan peta timbul, pembuatan bangun ruang dari limbah kayu, pembuatan hiasan dan bunga plastik dari limbah pipet, dan lain sebagainya.
Menukar
Penukaran merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan menukarkansarana dan prasarana yang di miliki dengan sarana dan prasarana yang di butuhkan organisasi atau instansi lain. Pemilihan cara pengadaan sarana dan prasarana jenis ini harus mempertimbangkan adanya saling menguntungkan di antara kedua belah pihak, dan sarana dan prasarana yang di pertukarkan harus merupakan sarana dan prasarana yang sifatnya berlebihan atau di pandang dan di nilai sudah tidak berdaya guna lagi.
Memperbaiki atau merekontruksi kembali
Perbaikan merupakan cara pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memperbaiki sarana dan prasarana yang telah mengalami kerusakan, baik dengan perbaikan satu unit sarana dan prasarana maupun dengan jalan penukaran instrumen-instrumen yang baik tersebut dapat di satukan dalam satu unit atau beberapa unit, dan pada akhirnya satu atau beberapa unit sarana dan prasarana tersebut dapat di operasikan dan di fungsikan.
Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan untuk menampung hasil pengadaan barang milik negara (baik hasil pembelian, hibah, hadiah) pada wadah atau tempat yang telah di sediakan. Penyimpanan sarana pendidikan adalah kegiatan simpan menyimpan suatu barang baik berupa parabot, alat tulis kantor, surat-surat maupun barang elektronik dalam keadaan baru maupun rusak yang dapat di lakukan oleh seorang atau beberpa orang yang di tunjuk atau di tugaskan pada lembaga pendidikan.
Aspek dalam penyimpanan adalah wadah yang di perlukan untuk menampung barang milik negara berasal dari pengadaan. Aspek ini biasa disebut gudang. Sebagai tempat penyimpanan, gudang dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu;
Gudang pusat, yaitu gudang yang diperlukan untuk menampung barang hasil pengadaan, yang terletak pada unit biasanya gudang pusat juga di gunakan untuk menyimpan barang yang akan dijadikan stok atau persediaan.
Gudang penyalur yaitu gudang yang di gunakan untuk menyimpan barang sementara sebelum disalurkan ke unit atau satuan kerja yang membutuhkan.
Gudang transit yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan barang sementara sebelum disalurkan ke unit satuan kerja yang membutuhkan.
Gudang khusus yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang mempunyai spesifikasi khusus seperti barang yang mudah pecah, meledak atau terbakar.
Gudang pemakai yaitu gudang yang diperlukan untuk menyimpan barang-barang yang akan dan telah digunakan dalam pelaksanaan kegiatan. 
Penyaluran
Penyaluran merupakan kegiatan yang menyangkut pemindahan sarana, prasarana, dan tanggung jawab pengelolaannya dari instansi yang satu kepada instansi yang lain. Dalam batasan ini ada 2 pihak yang terlibat yaitu: pertama, pihak sumber yakni dari mana sarana dan prasarana berasal dan di salurkan. Kedua, pihak penerima yaitu kepada siapa pengiriman sarana dan prasarana di tujukan. Di samping kedua pihak tersebut kadang-kadang masih ada pihak ketiga yaitu yang berperan sebagai penyalur atau ekspeditur yang juga berperan sebagai pihak pertama yaitu pihak sumber atau dapat pula berperan sebagai pihak penerima, dan ada kalanya atas nama sendiri.
Pemeliharaan
Pemelihara sarana dan prasarana pendidikan merupakan kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan sarana dan prasarana agar semua sarana dan prasarana tersebut selalu dalam keadaan baik dan siap untuk di gunakan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan.
Penghapusan
Penghapusan sarana dan prasarana pendidikan merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana pendidikan dari tanggungjawab yang berlaku dengan alasan yang dapat di pertanggungjawabkan. Secara lebih operasional penghapusan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkan atau menghilangkan sarana dan prasarana pendidikan dari daftar inventaris barang karena sarana dan prasarana tersebut sudah di anggap tidak berfungsi sebagaimana yang di harapkan terutama untuk kepentingan pelaksaan pembelajaran di sekolah.
Pengendalian
Fungsi pengendalian adalah fungsi yang mengatur dan mengarahkan cara pelaksanaan dari suatu rencana, program, proyek dan kegiatan , baik dengan pengaturan dalam bentuk tata laksana ataupun melalui tindakan turun tangan untuk memungkinkan optimasi dalam penyelenggaraan suatu rencana, program, proyek, dan kegiatan oleh unsur da unit pelaksanaan

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Menajemen sarana dan prasarana sangatlah penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang di fungsikan untuk mengatur sarana dan prasarana yang ada pada suatu sekolah. Dengan adanya sarana dan prasarana maka lebih mudah dalam pengelolaan dan pengaturan sarana dan prasarana sehingga dapat di gunakan secara efektif dan efisien dengan memperhatikan prinsip-prinsip menajemen sarana dan prasarana.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Martin, M.Pd. manajemen sarana parasaran pendidikan. (Jakarta, PT Rajagrafindo).
Dr. Nu r Hattati Fuad, M.Pd. manajemen sarana parasaran pendidikan. (Jakarta, PT Rajagrafindo).
Subari, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)
Ejounal.kopertais4.or.id
























Membentuk Potensi Santri (karakteristik dan Bimbingan Kesantrian)

MAKALAH

Membentuk Potensi Santri (karakteristik dan Bimbingan Kesantrian)
Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Manajemen Pesantren

DOSEN PEMBIMBING
Abdul Haq AS, S.pd.I,  M.Pd.I


Lindasari
Liza Fadiyah
Indah Novia

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AT-TAQWA BONDOWOSO
2018 / 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkat dan hidayahnya hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Membentuk Potensi Santri (Karakteristik) dan Bimbingan kesantrian”.
Makalah ini disusun guna mengetahui tentang membentuk potensi santri dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyediakan sumber-sumbernya yang berupa makalah dan tulisan yang telah kami jadikan refrensi guna menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari teman teman kami terima demi menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1
Latar belakang ..................................................................................................1
Rumusan masalah ............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2
Membentuk potensi santri.................................................................................2
Karakteristik......................................................................................................3
Bimbingan kesantrian........................................................................................6
BAB III PENUTUP.....................................................................................................11
Kesimpulan .....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pondok pesantren merupakan sistem pendidikan agama islam yang tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili islam tradisional indonesia yang eksistensinya telah teruji oleh sejarah dan berlangsung hingga kini. Pada mulanya merupakan sistem pendidikan islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat islam di indonesia. Secara definisi pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional islam untuk belajar memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam dengan menekankan pentingnya moral agama sebagai pedoman hidup sehari-hari dan masyarakat.
Di dalam lembaga pendidikan pesantren ini terdapat seorang kyia yang mengajar dan mendidikk para santri dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut. Selain itu juga di dukung dengan adanya pondok yang merupakan tempat tinggal santri.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara membentuk potensi santri?
Bagaimana cara mengembangkan karakteristik santri?
Bagaimana cara membimbing santri didalam pondok pesantren?
TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui cara membentuk potensi santri
Untuk mengetahui cara mengembangkan karakteristik santri
Untuk mengetahui cara membimbing santri didalam pondok pesantren

BAB II
PEMBAHASAN

Membentuk potensi santri
Pesantren atau pondok adalah lembaga yang merupakan wujud proses pengembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya di identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian indonesia.
Dari beberapa rujukan yang ada, diperoleh kesimpulan bahwa pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan islam di indonesia memiliki karakteristik yang khusus dan potensi yang dimiliki para santri :
Kemandirian
Kemandirian tingkah laku adalah kemampuan santri untuk mengambil dan melaksanakan keputusan secara bebas. Proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan santri yang biasa  erlangsung di pesantren dapat di katagorikan menjadi dua yaitu, keputusan yang bersifat penting dan keputusan yang bersifat harian.
Keikhlasan
Yakni berbuat sesuatu bukan karna di dorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Segala perbuatan di lakukan seata-semata karena untuk ibadah lillah guru ikhlas mendidik, para santri ikhlas belajar dan di didik, pengurus pondok pesantren ikhlas dalam bekerja dan membantu majlis pengasuh dan pimpinan, dan para wali juga ikhlas menyerahkan putra-putrinya sepenuhnya kepada pondok pesantren untuk di didik
Toleransi
Semenjak revormasi digulirkan, diskursus pluralisme dan multikulturalisne di negeri ini trus mengemuka dan berkembang pesat. Terkait dengan masalah tersebut sikap hidup toleran menjadi penting. Toleransi di pandang bisa menjadi perekat baru integrasi bangsa yang sekian lama tercabik-cabik.
Karakteristik
Kepemimpinan strategik di bedakan dari kepemimpinan biasa/rutin berdasarkan 3 dimensi. Yaitu: waktu, skala isu, dan lingkup tindakan. Jenis kepemimpinan ini lebih berurusan dengan waktu yang agak lama (longer term) daripada waktu yang pendek (shorter term). Isu-isu yang di garap berskala nasional atau internasional. Adapun lingkup tindakannya adalah lembaga pesantren secara leseluruhan daripada hanya satu program khusus, hasilnya berupa strategi tindakan.
Strategi tindakan pengasuh pesantren hendaknya berkaitan dengan kurikulum pesantren; pendekatan belajar dan mengajar, struktur dan proses perencanaan, pemecahan masalah, pembuatan keputusan dan evaluasi, dan pendayagunaan berbagai layanan baik secara individual dan institusional. Hal ini sama sekali tidak harus menghambat kiprah para pimpinan pesantren daam kancah sosial kemasyarakatan secara keseluruhan, termasuk dalam arena politik.
Kepemimpinan strategik pengasuh pesantren juga di tunjukkan oleh kemampuannya menetapkan  prioritas isu-isu strategis. Pada tataran ini, pengasuh pesantren aktif menyimak perkembangan global sehingga mampu mengindentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan/ ancaman yang mungkin muncul.
Penelitian selama  beberapa tahun belom mampu memastikan sifat-sifat pribadi para pemimpin pendidikan. Namun berdasar hasil penelitian tersebut dapat di temukan sifat-sifat yang secara konsisten yang melekat pada pemimpin pendidikan yang efektif. Sifat-sifat tersebut antara lain: rasa tanggungjawab, perhatian untuk menyelesaikan tugas, enerjik, tepat, berani mengambil resiko, orisinal, percaya diri, terampil mengendalikan stress, mampu mempengaruhi, dan mampu mengkoordinasikan usaha pihak lain dalam rangka mencapai tujuan lembaga. Sifat-sifat ini cukup memberi gambaran atau potret tentang pemimpin pendidikan yang sukses dan dalam konteks ini patut di pertimbangkan untuk di transfer kedunia pesantren.
Mengemban sebagai lembaga pendidikan, sebuah pesantren hendaknya memfokuskan program dan kegiatannya untuk memberi pelayanan pendidikan dan belajar-mengajar demi mempersiapkan lulusan santri yang berkualitas. Di sinilah para pemimpin pendidikan pesantren di harapkan mempu menjadi inspirator demi terciptanya komunitas belajar yang dinamis. Marsh (1988) mengidentifikasi komunitas belajar ke dalam: komunitas guru (ustadz), komunitas orang tua dan komunitas murid.
Dalam konteks pendidikan pesantren, iklim belajar yang kondusif harus didukung oleh kinerja kyia, ustadz (guru), santri dan wali santri secara sinergis sesuai kapasitas dan kapabilitasnya masing-masing. Terwujudnya iklim demikian jelas menuntuk kinerja pengasuh pesantren sedemikian rupa sehingga dapat mengembangkan kepemimpinan pendidikan dan pendekatan pendekatan yang merangsang motivasi guru dan santri untuk bekerja secara sungguh-sungguh; santri belajar dan guru mengajar.
Di tengah persaiangan mutu pendidikan secara nasional, menjadi kebutuhan mendesak bahwa penyelenggaraan pendidikan pesantren harus didukung oleh tersedianya guru secara memadahi baik secara kualitatis (profesionak) dan kuantitatif (proporsional). Hal ini di tunjukkan oleh penguasaan para guru di pesantren tidak saja terhadap isi bahan pelajaran yang di ajarkan tetapi juga teknik-teknik mengajar baru yang lebih baik.
Menyadari akan pentingnya  penguasaan terhadap dua hal diatas, diharapkan kepada para pengasuh/pemimpin pesantren untuk mengupayakan peningkatan kualitas para gurunya dengan pendekatan dan cara-cara yang cocok dipesantren. Ada beberapa pendekatan peningkatan mutu guru yang mungkin sesuai untk dikemabngkan dipesantren demi memenuhi kebutuhan tersebut. Di antaranya melalui restrukturisasi guru, peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, serta manajemen pelatihan guru melalui teknik-teknik team teachung, mentoring, dan coavhing.
Yang dimaksud dengan  restrukturisasi guru pesantren adalah pendayagunaan guru sesuai keperluan lembaga agar mampu bertanggungjawab melekasanakan visi, misi dan tujuan pesantren yang telah di tetapkan secara efektif. Dalam sistem persekolahan modern, fungsi ini dilakukan oleeh pemimpin lembaga secara ketat dengan melakukan spesialisasi tugas kepada guru dan staf lain. Sebaliknya, didunia pesantren fungsi tersebut dapat dilakukan secara fleksible, dimana untuk meningkatkan fungsi layanan pendidikan pesantren, pengasuh pesantren tidak harus  membuat spesialisasi ketat dalam pemberian tugas kepada guru atau staf lain.
Pendekatan restrukturisasi guru pesantren secara longgar merupakan konsekuensi logis dari pola manajemen pesantren yang sederhana , tradisional.  Biasanya tampilan guru di pesantren lebih di dorong oleh pengabdian seorang guru untuk mengamalkan ilmu yang telah dimiliki. Namun, adapula rekrutment guru berdasarkan kebutuhan lembaga sebagaimana banyak dilakukan oleh pesantren yang menyelenggarakan sistem sekolah dan madrasah, disamping diniyah. Baik kelompok pertama maupun kedua masih sulit untuk dituntut kerja secara profesional, mengingat dua kelompok guru ini tidak menuntut gaji yang maksimal, bahkan banyak diantara mereka tidak meminta gaji sepeserpun. Keadaan demikian sering menimbulkan dilema untuk meningkatkan profesionalisme guru pesantren. Akhirnya kinerja mereka sering terkesan tidak optimal.
Melalui aktualisasi nilai-nilai pesantren yang ada, restrukturisasi guru dapat di wujudkan dengan memberi kesempatan kepada untuk terlibat pada penyusunan danpelaksanaan program-program pendidikan dan pengajaran di dalamnya. Dengan melibatkan mereka, pengasuh pesantren akan lebih mudah mendapat masukan untuk membuat kebijakan pendidikan dan pengajaran. Tentu pelibatan guru dalam kegiatan tersebut didasarkan kepada kompetensi yang dibutuhkan; tugas pokok guru pesantren adalah mengajar dan melaksanakan kurikulum sesuai dengan prioritas, rencana dan sumber-sumber yang tersedia.
Restrukturisasi guru pesantren dapat dilakukan oleh pengasuh melalui cara-cara yang praktis. Misalnya, ketika memberi pengajian kitab, seorang kyai ada baiknya mengalokasikan waktu sejenak untuk menyampaikan informasi yang aktual kepada guru atau santri; tentu jika informasi tersebut bersifat umum. Untuk informasi yang penting dapat disampaikan dalam rapat khusus.
Secara umum, rekstrukturisasi guru pesantren mengandung implikasi-implikasi sebagai berikut:
Tujuan restrukturisasi adalah perubahan jangka panjang yang menuntut keuletan dan ketekutan pemimpin pesantren dalam rangka menciptakan lingkungan belajar-mengajar  yang aman dan tentram.
Guru sebagai staf pesantren membutuhkan keterampilan, kewenangan dan waktu untuk menciptakan peranan baru dan lingkungan yang tepat pada mereka
Restrukturisasi lembaga pesantren masyarakat mensyaratkan adanya dukungan terpadu terpadu dan akuntabilitas.
Bimbingan kesantrian
Orang awam kadang kala menyamakan pengertian bimbingan dengan nasehat, saran-saran atau petunjuk-petunjuk bagi siswa/santri yang menyimpang atau kemampuannya kurang. Bahkan ada pula yang mengangap bimbingan sebagai suatu pelayanaan khusus untuk siswa/santri yang nakal di pesantren. Pengertian bimbingan tersebut ternyata salah dan tidak sesuai dengan hakekat bimbingan itu sendiri.
Munculnya  pengertian bimbingan seperti di atas menunjukkan bahwa masih terdapat terdapat pemahan arti bimbingan yang kurang benar atau masih miring. Pemahaman pengertian bimbingan yang masih miring tersebut berdampak cukup luas pada masyarakat, bahkan di kalangan para guru/ustadz/ustadzah di pesantren. Penyebaran pengertian bimbingan yang sala tersebut dapat menimbulkan kesan yang negatif terhadap program bimbingan di pesantren dan pada ahirnya hal itu dapat menghambat program bimbingan tersebut.
Pengertian bimbingan yang sebenarnya tidaklah sesempit itu. Bimbingan memiliki misi membantu semua siswa/santri tersebut dapat mengembangkan potensinya secara optimal dalam proses perkembangannya dan agar ia dapat mengenal dirinya serta dapat memperoleh kebahagiaan hidup. Pengertian bimbingan seperti di uraikan di atas sejalan dengan pengertian yang di kemukakan oleh rochman natawidjaja (1972). Di dalam buku “Bimbingan Pendidikan dalam pesantren pembangunan”, ia mendefinisikan bimbingan sebagai berikut:
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara terus menerus (continue), supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia dapat mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya.
Pengertian bimbingan diatas masih menunjuk pada pemgertian bimbingan secara umum. Apabila pengertian bimbingan tersebut diaplikasikan dalam dunia pendidikan di pesantren, pengertian bimbingan dapat diartikan sebagai berikut:
Bimbingan di  pesantren adalah proses pemberian bantuan kepada santri dengan memperhatikan santri itu sebagai individu dan makhluk sosial serta memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individu agar santri itu dapat membat tahap maju seoptimal mungkin dalam dirinya. Menganalisis dan memecahkan masalah-masalahnya, semuanya itu demi memajukan kebahagiaan hidup terutama pada kesejahteraan mental (Diadaptasikan dari masyhud, 2000).
Bila dibandingkan dengan definisi bimbingan yang berlaku disekolah, maka dapat diperiksa definisi sebagai berikut:
Bimbingan dalam proses pendidikan disekolah ialah proses memberikan bantuan kepada siswa agar ia sebagai pribadi memiliki pemahaman yang benar akan diri pribadinya dan dunia di sekitarnya, mengambil keputusan untuk melangkah maju secara optimal dalam perkembangannya dan dapat menolong didinya sendiri, menghadapi dan memecahkan masalah-masalahnya. Semuanya demi tercapainya penyesuaian yang sehat dan demi memajukan kesejahteraan mentalnya (Masyhud, 2000).
Apabila definisi-definisi tentang bimbingan tersebut diperhatikan secara seksama, pengertian bimbingan tersebut mengandung beberapa unsur-unsur sebagai berikut:
Bimbingan merupakan suatu proses. Kata proses menunjuk pada aktivitas yang terus menerus; bertahap, dan teratur atau sistematis. Dari kata itu juga terkandung pengertian bahwa aktivitas bimbingan membutuhkan waktun yang cukup panjang, tidak dapat dilakukan secara sporadis atau sewaktu-waktu saja. Kegiatan bimbingan juga tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan melainkan membutuhkan teknik atau metode tertentu.
Bimbingan mengandung makna bantuan atau pelayanan. Ini mengandung pengertian bahwa bimbingan mengakui akan adanya potensi pada setiap individu. Aktivitas bimbingan harus dilakukan atas dasar kesurelaan pihak yang di bimbing. Membimbing individu melainkan harus menciptakan suasana agar individu menyadari bahwa dirinya membutuhkan bimbingan. Disini juga terkandung azas demokratis dalam bimbingan.
Bantuan bimbingan diperuntukkan bagi semua individu yang memerlukannya. Artinya layanan bimbingan diperuntukkan bagi semua individu/murid tanpa pengecualian asal mereka memiliki kemauan untuk bangkit atau lebih maju daripada kondisi yang ada dan mau menerima bantuan. Bimbingan tidak hanya ditujukan kepada individu yang bermsalah saja atau mengalami gangguan belajar saja, tetapi untuk semua individu agar dapat berkembang secara optimal dalam proses perkembangannya.
Layanan bimbingan memerhatikan posisi seseorang/murid/santri sebagai makhluk individu dan sosial. Layanan bimbingan ditujukan untuk mengembangkan optimal seseorang sebagai individu agar dia dapat berkembang sebagai pribadi yang utuh, tangguh dan kuat serta realistik. Disamping itu, bimbingan juga dimaksudkan untuk membantu membuat penyesuaian-penyesuian sosial agar dia dapat hidup bersama orang lain secara harmonis, bahagia, menyenangkan dan bersifat realistik.
Layanan bimbingan memperhatikan adanya perbedaan individu. Aktivitas layanan bimbingan menggunakan teknik/metode atau pendekatan yang sesuai dengan krakteristik atau ciri khas individu yang bersifat unik. Dalam bimbingan tidak ada teknik atau pendekatan yang cocok untuk semua orang. Pemilihan teknik atau pendekatan harus disesuaikan dengan karakteristik dan individu yang dibimbing. Disamping itu layanan bimbingan juga disesuaiakan dengan kebutuhan masing-masing individu yang dibimbing. Dengan demikian layanan bimbingan lebih menekankan pada pendekatan yang bersifat individual.
Kegiatan bimbingan memiliki 2 sasaran, yaitu: sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang. Sasaran jangka pendek dimaksudkan agar selama dan setelah memperoleh bimbingan individu dapat mencapai perkembangan secara optimal , dapat memahami  diri, menolong diri, memecahkan persoalan –persoalan yang dihadapi,  membuat pilihan-pilihan, dan dapat mengadakan penyesuaian dengan lingkungan sesuai dengan tahap perkembangannya. Sedangkan sasaran jangka panjang bimbingan adalah agar individu yang telah mendapatkan layanan bimbingan dapat memperoleh kebahagiaan hidup, terutama berkaitan dengan kesejahteraan mental yang optimal.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pesantren atau pondok adalah lembaga yang merupakan wujud proses pengembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya di identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian indonesia.
Kepemimpinan strategik di bedakan dari kepemimpinan biasa/rutin berdasarkan 3 dimensi. Yaitu: waktu, skala isu, dan lingkup tindakan. Jenis kepemimpinan ini lebih berurusan dengan waktu yang agak lama (longer term) daripada waktu yang pendek (shorter term). Isu-isu yang di garap berskala nasional atau internasional. Adapun lingkup tindakannya adalah lembaga pesantren secara leseluruhan daripada hanya satu program khusus, hasilnya berupa strategi tindakan.
Orang awam kadang kala menyamakan pengertian bimbingan dengan nasehat, saran-saran atau petunjuk-petunjuk bagi siswa/santri yang menyimpang atau kemampuannya kurang. Bahkan ada pula yang mengangap bimbingan sebagai suatu pelayanaan khusus untuk siswa/santri yang nakal di pesantren. Pengertian bimbingan tersebut ternyata salah dan tidak sesuai dengan hakekat bimbingan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad fathurrohman, sulistyorini, (implemetasi manajemen peningkatan mutu pendidikan islam), yogjakarta, TERAS.
Drs. H. M. Sulthon Masyhud, M.Pd (Manajemen Pondok Pesantren). Jakarta, DIVA PUSTAKA.
Drs. Moh. Khusnurdilo, M. Pd (Manajemen Pondok Pesantren). Jakarta, DIVA PUSTAKA.
Drs. Imam Safe’i, M.Pd (Manajemen Pondok Pesantren). Jakarta, DIVA PUSTAKA.


ANALISIS DAN DIAKNOSIS LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN INTERNAL ORGANISASI



MAKALAH

"ANALISIS DAN DIAKNOSIS LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN INTERNAL ORGANISASI"
“Manajemen strategik”
Oleh : Wafi Ali Hajjaj, S.Pd.I, M.Pd.I


Disusun oleh :
Faidatul Hikmah (201691200066)
Siti Ayu Wulandari (201691200101)
Liza fadiyah (201691200076)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AT-TAQWA BONDOWOSO
TAHUN 2018/2019



KATA PENGANTAR
     Puji syukur kepada tuhan yang maha esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah  yang berjudul “ANALISIS DAN DIAKNOSIS LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN INTERNAL ORGANISASI” dan tak lupa pula sholawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita yaitu nabi besar muhammad saw yang telah membawa kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang dengan membawa agama yang sempurna yaitu addinul islam.
     Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga bisa berguna bagi kita semua khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amin 


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
     A. Latar belakang ....................................................................................... 1
     B. Rumusan masalah ................................................................................. 1
     C.Tujuan penulisan ..................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
     A. Analisis lingkungan internal (audit internal) .......................................... 3
     B. Analisis lingkungan eksternal (audit eksternal) .................................... 6
     C. Struktur organisasi .................................................................................. 7
     D. Pola pertumbuhan strategi dan struktur organisasi ............................. 8
     E. Sumber daya (Resource) ........................................................................ 8
     F. Pengaruh kultur organisasi pada kehidupan organisasional ................ 9
BAB III ............................................................................................................... 13
PENUTUP ......................................................................................................... 13
KESIMPULAN .................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
     Manajemen strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu perusahaan mencapai sasarannya. Manajemen strategis mengkombinasikan aktifitas-aktifitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.
     Manajemen strategis berbicara tentang gambaran besar. Inti dari manajemen strategis adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber daya, dan bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif untuk memenuhi tujuan strategis.                 Manajemen strategis saat ini harus memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi merupakan dokumen hidup yang selalu dikunjungi. Bahkan mungkin sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan karena sifatnya yang tidak harus di modifikasi. Seiring dengan adanya informasi baru telah tersedia dan harus digunakan untuk membuat penyesuaian dan revisi. Salah satu proses dalam konsep manajemen adalah penyusunan faktor penentu keberhasilan yang diawali dengan mengkaji lingkungan strategis yang meliputi kondisi, situasi, keadaan, peristiwa dan pengaruh-pengaruh yang berasal dari dalam maupun dari luar suatu organisasi atau unit satuan wilayah baik pada leval negara, provinsi, kabupaten dan kota. Lingkungan internal dan eksternal mempunyai dampak pada kehidupan dan kinerja seluruh komponen yang terlibat pada pembangunan, mencakup kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal.
B. Rumusan masalah
    1. Apa analisis lingkungan internal (audit internal)?
    2. Apa analisis lingkungan eksternal (audit eksternal)?
    3. Bagaimana struktur organisasi?
    4. Bagaimana pola pertumbuhan strategi dan struktur organisasi?
    5. Apa sumber daya (Resource)?
    6. Apa pengaruh kultur organisasi pada kehidupan organisasional?
C. Tujuan penulisan
    1. Mengetahui apa analisis lingkungan internal (audit internal).
    2. Mengetahui apa analisis lingkungan eksternal (audit eksternal).
    3. Memahami bagaimana struktur organisasi.
    4. Mengetahui bagaimana pola pertumbuhan strategi dan struktur organisasi.
    5. Memahami apa sumber daya (Resource).
    6. Mengetahui apa pengaruh kultur organisasi pada kehidupan organisasional.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis lingkungan internal (audit internal)
      Analis SWOT : pendekatan tradisional untuk analisis internal dan eksternal, SWOT merupakan singkatan dari strengths (kekuatan) dan weakness (kelemahan) internal dari suatu perusahaan serta opportunities (peluang) dan threats (ancaman) lingkungan eksternal yang di hadapinya. Analisis SWOT merupakan teknik historis yang terkenal di masa manajer menciptakan gambaran umum secara tepat mengenai situasi strategi perusahaan. Analisis ini di dasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif di turunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal perusahaan (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan peluang perusahaan serta meminimalkan kelemahan ancaman. Jika di terapkan secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain serta strategi yang berhasil.
Kekuatan
Sumber daya atau kapibilitas yang di kendalikan oleh atau tersedia bagi suatu perusahaan yang membuat perusahaan relatif lebih unggul dibanding dengan pasaingnya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang di layaninya. Kekuatan muncul dari sumber daya dan kompetensi yang tersedia bagi perusahaan.
Kelemahan
Keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau lebih sumber daya atau kepibilitasi suatu perusahaan relatif terhadap pesaingnya, yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif.
Peluang 
Situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan. Kecendrungan utama merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi atas segmen pasar yang sebelumnya terlewatkan, perubahan dalam kondisi persaingan atau regulasi, perubahan teknologi, dan membaiknya hubungan dengan pembeli dapat menjadi peluang bagi perusahaan. 
Ancaman 
Situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan. Ancaman merupakan penghalang utama bagi perusahaan dalam mencapai posisi saat ini atau yang di inginkan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lamban, meningkatnya kekuatan tawar menawar dari pembeli/pemasok utama, perubahan teknologi, dan direvisinya atau pembaruan peraturan, dapat menjadi penghalang bagi keberhasilan perusahaan.
Keterbatasan analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan kerangka pilihan bagi banyak manajer selama periode waktu yang panjang, karena kesederhanaannya dan kemampuannya untuk menggambarkan esensi dari formulasi strategi yang baik, menyesuaikan peluang dan ancaman suatu perusahaan dengan kekuatan dan kelemahannya. Analisis SWOT merupakan pendekatan konseptual sangat luas sehingga rentan terhadap beberapa kelemahan utama.
1. Analisis SWOT dapat terlalu menekankan kekuatan internal dan menganggap remeh              ancaman eksternal.
2. Analisis SWOT dapat bersifat statis dan berisiko mengabaikan kondisi yang berubah.
3. Analisis SWOT dapat terlalu menekankan pada satu kekuatan atau elemen strategi.
    Suatu kekuatan tidak selalu menjadi sumber keunggulan kompetitif.
Proses melakukan audit internal
     Audit internal membutuhkan pengumpulan dan pemaduan informasi        mengenai manajemen, pemasaran, keuangan/akutansi, produksi/operassi, penelitian dan pengembangan, serta operasi sistem informasi manajemen perusahaan.
Pandangan berbasis sumber daya 
     Kinerja organisasional akan sangat ditentukan beragam sumber daya internal yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori luas:
1. Sumber daya fisik
2. Sumber daya manusia
3. Sumber daya organisasional
     Agar bernilai, sumber daya hendaknya apakah : langka, sulit ditiru, tidak mudah di carikan penggantinya. Tujuannya:
1. Organisasi mengenali kekuatan dan kelemahan internal serta memahami peluang dan           tantangan eksternal, sehingga dapat mengantisispasi perubahan di masa yang akan              datang.
2. Dengan menggunakan informasi hasil PLI (pencermatan lingkungan intrnal) dan PLE              (pencermatan lingkungan eksternal), organisasi lebih mampu mengambil langkah jangka      panjang.
PLI (pencermatan Lingkungan Internal)
Lingkungan internal organisasi:
Kekuatan (strengths)
Kelemahan (weaknesess)
PLE (pencermatan Lingkungan Eksternal)
Lingkungan eksternal organisasi:
1. Peluang (opportunities)
2. Tantangan atau ancaman (threats)
Analisis internal 
     Lingkungan internal terdiri dari variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi, tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dan manajemen puncak. Variabel tersebut membentuk suasana di mana pekerjaan dilakukan. Variabel meliputi: struktur, budaya, dan sumber daya organisasi. Struktur: cara bagaimana perusahaan di organisasikan yang berkenaan dengan komunikasi, wewenang, dan aru kerja. Struktur sering disebut rantai perintah dan digambarkan menggunakan bagan organisasi. Budaya: pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi. Norma-norma organisasi secara khusus memunculkan dan mendefinisikan perilaku yang dapat diterima anggota dan manajemen puncak sampai karyawan operatif. Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi. Aset meliputi: keahlian orang, kemampuan dan bakat manajerial, seperti aset keuangan dan fasilitas pabrik dalam wilayah fungsional. Tujuan utama manajemen strategi: memadukan variabel internal perusahaan untuk memberikan kompetensi unik, yang memampukan perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif secara terus menerus, sehingga menghasilkan laba.
Analisis lingkungan eksternal (audit eksternal)
     Lingkungan ekstenal memiliki dua lingkungan: lingkungan kerja dan lingkungan sosial. lingkungan kerja terdiridari elemen/kelompok yang langsung berpengaruh/dipengaruhi oleh operasi utama organisasi. elemen tersebut pemegang saham, pemerintah, pemasok, komunitas lokal, pesaing, pelanggan, kreditur, serikat buruh, kelompok kepentingan khusus, dan asosiasi perdagangan. lingkungan kerja perusahaan sering disebut industri. lingkungan sosial terdiri dari kekuatan umum yang tidak terhubung langsung dengan aktifitas jangka pendek organisasi tetapi dapat dan sering memengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang.
Hakikat audit ekstrernal
     Tujuan audit eksternal yaitu mengembangkan daftar terbatas dari peluang yang dapat menguntungkan perusahaan dari ancaman yang harus dihindarinya. Sebagaimana di isyaratkan dengan istilah terbatas, audit eksternal tidak bertujuan mengembangkan daftar lengkap dan menyeluruh dari setiap faktor yang dapat memengaruhi bisnis, tetapi bertujuan mengidentifikasi variabel penting menawarkan respons berupa tindakan.
C. Struktur organisasi 
     Semua organisasi membutuhkan beberapa bentuk struktur organisasi untuk mengimplementasikan dan mengelola strategi. Perusahaan biasanya mengembangkan struktur organisasi sejalan dengan pertumbuhan ukuran perusahaan dengan kompleksitanya. Struktur organisasi di gunakan untuk menentukan hubungan perusahaan secara resmi yang berkaitan dengan pelaporan, prosedur, kontrol, otoritas, dan proses pengambilan keputusan. Dengan kata lain struktur organisasi dapat menggambarkan pekerjaan yang harus di lakukan atau bagaimana melakukannya. Strategi perusahaan dapat di gunakan secara efektif ketika struktur organisasi terbentuk dengan benar. Dengan kata lain, struktur organisasi merupakan komponen penting dalam mengimplementasiakan strategi yang efektif. Beberapa karakteristik struktur di antaranya:
    1. Spesialisasi: fokus dengan jenis dan jumlah pekerjaan yang di perlukan untuk                          melengkapi pekerjaan.
    2. Sentralisasi: sejauh mana otoritas pengambilan keputusan di pertahankan pada                      tingkat  manajerial yang lebih tinggi.
    3. Formalisasi: sejauh mana aturan formal dan prosedur mengatur pekerjaan.
D. Pola pertumbuhan strategi dan sruktur organisasi
1. Struktur sederhana 
    a. Ciri-ciri struktur organisasi sederhana, antara lain:
        Pemilik merangkap manajer yang membuat semua keputusan besar secara langsung,            serta memonitor semua aktivitas. Umumnya keterampilan dan pengalaman organisasi.          kurang, sehingga menjadi tidak efektif dalam mengelola tugas-tugas khusus dan                    konplek yang memerlukan keterlibatan beberapa fungsi organisasi.
    b. Pada tingkat staf terjadi hubungan informal, organisasi hanya mempunyai beberapa              aturan, spesialisasi tugas terbatas yang berfungsi sebagai perpanjang otoritas manajer.
    c. Sesuai untuk penerapan strategi fokus karena umumnya lengkap dengan menawarkan          lini produk tunggal dalam pasar geografis tunggal. 
2. Struktur fungsional 
       Memiliki struktur organisasi tahap pertama di atas struktur organisasi sederhana, dan        dapat layer pada tiap bagiannya. Cocok untuk implementasi strategi tingkat bisnis dan          beberapa strategi tingkat peruahaan (bisnis tunggal atau bisnis yang dominan) dengan          diversifikasi yang rendah. 
E. Sumber daya (Resources)
      Sumber daya merupakan seluruh aset perusahaan termasuk orang-orang yang ada di dalamnya dan nilai brand mereka, yang merupakan modal perusahaan dalam menunjang kompetensi inti perusahaan. Sumber daya merupakan input ke dalam proses produksi suatu perusahaan seperti modal, peralatan, kemampuan karyawan, nama brand, keuangan dan manajer berbakat. Sumber daya yang di miliki oleh perusahaan terdiri dari tangible (berwujud) maupun intangible (tidak berwujud).
Beberapa sumber daya tangible (berwujud) di antaranya:
1. Keuangan, seberapa baik kondisi keuangan yang dimiliki untuk menopang perusahaan          dalam kompetisi.
2. Fisik, seberapa penting fisik yan dimiliki , besarnya, luas jaringan, harganya dan lain-lain.        dapat menunjang kemampuan perusahaan dalam kompetisi.
3. Sumber daya manusia, seberapa baik skill, knowladge, attitude, hubungan sosial, dan             lain-lain menjadi penentu keberhasilan perusahaan dalam belompetisi.
4. Organisasi, seberapa fit organisasi mampu beradaptasi dengan perubahan yang cepat,           termasuk didalamnya distribusi wewenang, empowerment, leadership, dan lain-lain.
Beberapa sumber daya intangible (tidak berwujud) diantaranya:
1. Tekhnologi, tekhnologi yang di gunakan perusahaan apakah menunjang efisiensi, serta           mampu memberikan value bagi pelanggan melebihi yang di berikan pesaing.
2. Inovasi, seberapa besar kemampuan perusahaan menyampaikan suatu ide sampai.               dengan tersedia pasar, seberapa lama, dan apakah inovasi tadi memeberi baik kepada.          pelanggan maupun kepada perusahaan.
3. Reputasi, bagaimana persepsi dan trust pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder)         melihat perusahaan menentukan keberhasilan dalam kompetisi.
F. Pengaruh kultur organisasi pada kehidupan organisasional
     Perlu di sadari bahwa kultur dapat berupa kekuatan, akan tetapi dapat pula menjadi kelemahan bagi suatu organisasi. Kultur merupakan kekuatan kalau mempermudah dan memperlancar proses komunikasi, nendorong berlangsungnya proses pengambilan keputusan yang efektif, memperlancar jalannya pengawasan, dan seperti di singgung dimuka, menumbuh suburkan semangat kerja sama dan memperbesar komitmen kepada organisasi. Pada gilirannya kultur sebagai kekuatan meningkatkan efisiensi organisasi.          Bahkan dapat di nyatakan secara aksiomatik bahwa semakin kuat kultur organisasi, semakin tinggi pula tingkat efisiensi kerjanya. Sebaliknnya, kultur dapat menjadi sumber kelemahan bagi organisasi apabila keyakinan dan sistem nilai yang dianut tidak seirama dengan tuntutan strategi organisasi. Salah satu bentuk konkretnya ialah apabila kultur yang disepakati bersama, tetapi sudah tidak sesuai dengan tuntutan situasi yang di hadapi oleh organisasi, begitu “berakar” dalam diri para anggoatnya sehingga perubahan yang sesungguhnya harus terjadi tidak bisa di lakukan. Agar kultur menjadi kekuatan bagi organisai ada lima aspek itu ialah:
1. Kerja sama
Kerja sama yang ikhlas tidak mungkin terwujud dengan mengeluarkan berbagai peraturan formal. Dalam mengelola organisasi, manajemen mungkin saja dan biasanya memang mempersiapkan dengan sangat teliti kontrak kerja. Manajemen mungkin dan pada umumnya menyatakan dengan jelas hal-hal yang di harapkan dari para karyawan bawahannya. Sistem imbalan yang mempunyai daya tarik bagi karyawan baru memasuki organisasi dan bagi karyawan lama untuk tetap berada dalam organisasi bisa saja diciptakan kesemuanya itu baik dan penting dalam kehidupan organisasional. Akan tetapi tidak ada manajemen yang memiliki kemampuan untuk mengantisipasi semua kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Jika terjadi hal-hal yang tidak di perhitungkan sebelumnya, manajemen hanya bisa berharap bahwa berbagai pihak dalam organisasi bersedi bekerja sama sehingga roda organisasi tetap berputar dengan lancar. Berarti niat, i’tikad baik dan iklim saling mempercayai sangat diperlukan. Hal-hal tersebut perlu mendapat perhatian dalam pengembangan dan pemeliharaan kultur organisasi.
2. Pengambilan keputusan 
Tidak dapat di sangkal bahwa kultur mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Setiap organisasi mendambakan berlangsungnya pengambilan keputusan yang tidak hanya efisien, akan tetapi sekaligus efektif. Kelancaran pengambilan keputusan lebih terjamin apabila berkat adanya kultur sebagai kekuatan mengandung keyakinan dan sistem nilai yang dapat di gunakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan itu sebagai “rujukan” dalam menentukan langkah-langkah yang diperlukan. Dengan kata lain, proses pengambilan keputusan akan lancar apabila dan karena berbagai pihak yang terlibat menggunakan asumsi dasar dan pemise yang sama yang pada gilirannya mencegah timbulnya salah pengertian tentang apa yang menjadi sasaran keputusan yang diambil dan hasil yang di harapkan oleh pelaksananya.
3. Pengawasan 
Pengawasan diperlukan sebagai instrumen untuk mengamati apakah tindakan operasional benar-benar diarahkan pada pencapaian tujuan dan berbagai sasaran berdasarkan rencana yang ditentukan sebelumnya. Adanya klasifikasi jabatan yang lengkap, adanya deskripsi tugas yang jelas, adanya spesifikasi pekerjaan ysng rinci, adanya standar mutu pekerjaan, yang baku dan penempatan karyawan yang tepat sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, bakat dan minatnya tetap tidak sepenuhnya menjamin bahwa rencana yang telah ditetapkan akan terlaksana dengan tepat pula. Alasan pokoknya terletak pada keterbatasan manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna, yang tidak luput dari kekurangan, kemungkinan khilaf dan bahkan berbuat kesalahan. Oleh karena itulah diperlukan sebuah pengawasan.
4. Komunikasi 
Ada pendapat mengatakan bahwa tujuh puluh persen waktu seorang manajer digunakan untuk berkomunikasi, baik secara vertikal kebawah maupun keatas, horizontal dan diagonal. Tergantung pada arahnya, komunikasi diperlukan untuk berbagai kepentingan seperti menyampaikan keputusan, kebijaksanaan, perintah, intruksi, pengarahan dan petunjuk. Juga untukmenerima informasi, saran, laporan, dan bahkan kritik. Untuk kepentingan apapun komunikasi digunakan, yang jelas ialah bahwa proses komunikasi yang terjadi harus bebas dari distorsi. Artinya, hakikat dan makna “pesan” yang ingin disampaikan oleh sumber komunikasi diterima seutuhnya oleh mitra berkomunikasi. 
5. Komitmen  
Makin besar rasa memiliki organisai yang terdapat dalam diri seseorang makin mudah baginya untuk membuat komitmen demi keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Untuk menumbuhkan komitmen yang besar, memang diperlukan sistem imbalan yang adil dan wajar. Berbagai kebutuhan para organisasi, baik yang sifatnya materi dan non materi seperti kebutuhan sosial, prestise dan kebutuhan berkembang dan karier harus di puaskan. Semuanya itu penting tetapi tidak cuku. Juga diperlukan tugas yang menarik dan menantang. Seorang karyawan akan bergairah bekerja secara produktif jika ia merasa dipercayai oleh pimpinan untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar. Partisipasi dalam pengambilan keputusan diketahui memiliki dampak positif dalam menumbuhkan prilaku yang fungsional. 


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
   Salah satu proses dalam konsep manajemen adalah penyusunan faktor penentu keberhasilan yang diawali dengan mengkaji lingkungan strategis yang meliputi kondisi, situasi, keadaan, peristiwa dan pengaruh-pengaruh yang berasal dari dalam maupun dari luar suatu organisasi atau unit satuan wilayah baik pada leval negara, provinsi, kabupaten dan kota. Lingkungan internal dan eksternal mempunyai dampak pada kehidupan dan kinerja seluruh komponen yang terlibat pada pembangunan, mencakup kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal.
Analis SWOT merupakan pendekatan tradisional untuk analisis internal dan eksternal, SWOT merupakan singkatan dari strengths (kekuatan) dan weakness (kelemahan) internal dari suatu perusahaan serta opportunities (peluang) dan threats (ancaman) lingkungan eksternal yang di hadapinya. Analisis SWOT merupakan teknik historis yang terkenal di masa manajer menciptakan gambaran umum secara tepat mengenai situasi strategi perusahaan. Analisis ini di dasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif di turunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal perusahaan (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman).

DAFTAR PUSTAKA

Sedarmayanti, 2014. Manajemen strategi. Bandung: PT Refika Aditama.
Siagian. Sondang P, 2011. Manajemen Strategik. Jakarta: Bumi Aksara.
Fattah. Nanang, 2015. Manajemen strategik berbasis nilai. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.






























Sabtu, 04 Mei 2019

Arti Seorang Sahabat Sejati

Pejaten, Bondowoso, 4.Mei.2019


   Dalam dunia ini kita tidak punya siapa-siapa.  Kecuali diri sendiri. Tetapi, dalam kesendirian kita, kita mempunyai sahabat yang memahami kita.
  Seorang sahabat. Kita merasa dikhianati bila dia tidak menepati janjinya. Kita tidak memberi dia peluang untuk menerangkan keadaannya. Bagi kita, itu alasannya untuk menutupi kesalahan dan membela diri.
  Kita juga pernah membiarkan dia menanti-nanti karena kita juga ada janji yang tidak ditepati. Kita memberi beribu alasan, seakan memaksa dia menerima alasan kita. Waktu itu, terpikirkah kita perasaanya ? Seperti kita, dia juga tahu rasa kecewa. Tetapi kita sering mengabaikannya begitu saja.
 Bersyukurlah mempunyai seorang sahabat yang senantiasa memahami, yang selalu berada disisi kita sewaktu kita memerlukannya. Dia mendengar keluhan kita, segala rasa kecewa dan ketakutan. Harapan dan impian juga kita tuangkan, dia memberi jalan sebagai acuan penyelesaian masalah. Namun, sepertinya kita terlalu asyik menceritakan tentang diri kita sendiri, hingga terkadang kita lupa sahabat kita juga ada cerita yang ingin dibagikan bersama kita, pernah kah kita memberi dia peluang untuk menceritakan tentang rasa bimbang dan takutnya? Pernakah kita menenangkan dia sebagaimana dia pernah menyabarkan kita?
  Ikhlaskah kita mendengar tentang kejayaan dan berita gembiranya? Mampukah kita menjadi sumber kekuatannya seperti ketika dia meniup semangat kita setiap kali kita merasa kecewa dan menyerah kalah? Apakah kita tetap akan bertahan meskipun kita jarang berkumpul, dikarenakan status dan kesibukan masing-masing? Bisakah kita menjadi bahu untuk dia bersandar , ketika dia kehilangan harapan?
  Jadilah sahabat yang lebih sering mendengar dibandingkan berbicara.
 Ambilah waktu untuk memahami hati dan perasaan sahabat kita. Karena dia juga seorang manusia. Dia juga ada rasa takut, bimbang, sedih dan kecewa.
 Dia juga ada kelemahan dan memerlukan seorang sahabat.
  Mungkin kita selalu melihat dia tertawa, tetapi mungkin dia tidak setabah yang kita kira. Di balik senyumannya mungkin banyak cerita sedih yang ingin disampaikan. Dibalik kesenangannya mungkin tersimpan seribu kesedihan.
 Tetapi jika kita mencoba menjadi sahabat sepertinya, mungkin kita akan tahu.

Hargailah sebuah persahabatan karena dibaliknya tersimpul segalanya. (BECABEKU)

Pembangunan dan Pengembangan SIM

MAKALAH
“Pembangunan dan Pengembangan SIM”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah IT, SIM dan Komunikasi Pendidikan
Dosen Pembimbing :
M. Yazid Mubarok, S.Pd.I, M.Pd.I


Disusun Oleh :

Liza Fadiyah


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AT-TAQWA BONDOWOSO
2017 / 2018



KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Hidayah, dan Taufiknya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Pembangunan dan Pengembangan SIM”. Buku ini membahas tentang sistem informasi manajemen yang diterapkan untuk membantu manajemen. Tujuan dari diselesaikan tugas ini adalah agar kita dapat mengetahui apa dan bagaimana proses pembangunan dan pengembangan SIM. 
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah  ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini bisa berguna bagi kita semua khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amin.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
  1. Latar belakang .............................................................................................1
  2. Rumusan masalah .......................................................................................1
  3. Tujuan............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
  1. Pembangunan  dan Pengembangan Sistim Informasi Manajemen...........3
  2. Pengertian Pengembangan Sistem..............................................................4
  3. Pengertian Pembangunan Sistem Informasi...............................................5
  4. Siklus Hidup Pengembangan Sistem Informasi..........................................6

BAB III PENUTUP.....................................................................................................12
  1. Kesimpulan ...................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
    Alhamdulillahi robbil alamin, banyak sekali nikmat yang telah telah Allah limpahkan kepada hamba-hamba-Nya, akan tetapi sedikit sekali nikmat yang kita ingat. Segala puji hanyalah milik Allah Tuhan seluruh alam atas segala rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira. Sholawat serta salam semoga dapat senantiasa terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW.  beserta keluarga dan sahabatnya. Amiin.
    Makalah ini membahas tentang bagaimana pembangunan dan pengembangan SIM, yang mana didalamnya juga terdapat berbagai macam metode-metode serta pengertian dari pembangunan dan pengembangan SIM itu sendiri, serta juga terdapat berbagi macam penjelasan. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menambah  wawasan kita tentang bagaimana tahap pembangunan dan pengembangan SIM.
Kami yakin, tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan terselesaikan. Meski begitu penulis juga menyadari bahwa tiada kesempurnaan dalam  makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Metode apa saja yang ada dalam pembanguanan dan pengembangan sistem informasi manajemen?
Apa yang dimaksud pengembangan SIM?
Apa yang dimaksud dengan pembangunan SIM?
Bagaimana siklus hidup pengembangan SIM?
C. Tujuan
Agar dapat mengetahui metode-metode pembangunan dan pengembangan SIM.
Untuk dapat mengetahui pengertian pengembangan SIM.
Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud pembangunan SIM.
Agar dapat mengetahui siklus hidup pengembangan SIM.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pembangunan  dan Pengembangan Sistim Informasi Manajemen
   Metodologi pembangunan dan pengembangan sistim informasi managemen dapat diklasifikan ke dalam kelompok yaitu :
a) Functional Decomposition Methodologies
   Metoda ini menekankan pada pemecahan sistim ke dalam sub-sistim yang lebih kecil sehingga lebih mudah dipahami, dirancang, dan diterapkan, termasuk ke dalam kelompok ini adalah : HIPO (Hierarchy Input Proses Output), ISR (Iterative Stepwise Refinement), dan IH (Information Hiding).
b) Data Oriented Methodologies
   Metodologi ini menekankan pada karakteristik data yang akan diproses, metoda ini dikelompokkan ke dalam dua kelas yaitu :
c) Data Flow Oriented Methodologies.
   Metodologi ini secara umum didasarkan pada pemecahan sistim ke dalam modul berdasarkan tipe elemen data dan tingkah laku logika modul tersebut di dalam sistim di mana secara logika dapat digambarkan bagaimana arus data dan hubungan antar fungsi di dalam modul yang ada di dalam sistim.
d) Data Structured Oriented Methodologies.
    Metodologi ini menekankan struktur input dan output di dalam sistim di mana struktur ini akan digunakan sebagai struktur sistimnya.  Hubungan fungsi antar modul atau elemen sistim kemudian dijelaskan dari struktur sistimnya.
e) Prescriptive Methodologies
     Metodologi ini menekankan pada proses pembangunan sistim informasi, seperti analisis dan desain terstruktur, managemen data yang akurat (database), dan analisis jaringan untuk mencek kelengkapan semua hubungan data dan proses dalam suatu sistim.
f) Structured Design (SD)
   Metoda structured design menjadi dominan sejak 1980 menggantikan ad-hoc dan undiciplined approach, metoda ini mengadopsi pendekatan step-by-step SDLC, secara logik bergerak dari satu fase ke fase lainnya, metoda ini juga memperkenalkan formal modelling atau diagramming techniques proses sistim dasar bisnis dan data yang mendukungnya.
2. Pengertian Pengembangan Sistem
   Pengembangan sistem merupakan penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
Perlunya Pengembangan Sistem
Sistem lama yang perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karena beberapa hal :
1) Adanya permasalahan-permasalahan yang timbul di sistem yang lama. Permasalahan yang timbul dapat berupa :
   Ketidakberesan sistem yang lama : ketidakberesan dalam sistem yang lama menyebabkan sistem yang lama tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.
Pertumbuhan organisasi : kebutuhan informasi yang semakin luas, volume pengolahan data semakin meningkat, perubahan prinsip akuntansi yang baru, menyebabkan harus disusunnya sistem yang baru, karena sistem yang lama tidak efektif lagi dan tidak dapat memenuhi semua kebutuhan informasi yang dibutuhkan manajemen.
2) Untuk meraih kesempatan-kesempatan Dalam keadaan persaingan pasar yang ketat,            kecepatan informasi atau efisiensi waktu sangat menentukan berhasil atau tidaknya strategi dan rencana-rencana yang telah disusun untuk meraih kesempatan dan peluang pasar, sehingga teknologi informasi perlu digunakan untuk meningkatkan penyediaan informasi agar dapat mendukung proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen.
3) Adanya instruksi dari pimpinan atau adanya peraturan pemerintah
    Penyusunan sistem yang baru dapat juga terjadi karena adanya instruksi dari pimpinan atau dari luar organisasi, seperti misalnya peraturan pemerintah
Prinsip Pengembangan Sistem Informasi
Prinsip pengembangan sistem :
·  Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen
·  Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar
·  Sistem yang dikembangkan memerlukan orang-orang yang terdidik
·  Proses pengembangan sistem tidak harus urut
·  Jangan takut membatalkan proyek
·  Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan system
3. Pengertian Pembangunan Sistem Informasi
    Mengenai sistem informasi Jogiyanto. H.M., (1995:11) menyebutkan : Sistem informasi adalah suatu sistem yang di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat menajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sedangkan pengertian sistem informasi John F. Nash dan Martin B. Robert, (1990:5) adalah : Sistem informasi merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat, teknologi, media prosedur dan pengendalian yang dimaksud menata jaringan komunikasi yang penting, pengolahan atas transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.
     Dari dua pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengertian sistem informasi adalah sistem yang terdiri dari manusia, fasilitas, alat, media dan prosedur yang digunakan untuk membangun jaringan yang bersifat rutin dan membantu manajemen dalam pengambilan keputusan dan menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkannya. Pembangunan sistem informasi merupakan hal yang penting dalam perkembangan sistem informasi. Berikut ini definisi pembangunan sistem informasi (Information System Development) menurut para ahli :
a) Kumpulan kegiatan para analis sistem, perancang, dan pemakai yang mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi James Senn,(1989).
b) Proses membangun dan mengimplementasikan sistem informasi sedemikian rupa sehingga sistem informasi tersebut menjadi ada/diwujudkan Toto Suharto,(2002:2).
c) Proses merencanakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan sistem informasi dengan   menggunakan metode, taktik, dan alat bantu pengembangan tertentu
4. Siklus Hidup Pengembangan Sistem Informasi
   Siklus hidup pengembangan sistem dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh professional dan pemakai sistem informasi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi.
Siklus hidup pengembangan sistem dibagi menjadi tujuh fase, yaitu :
a) Perencanaan Sistem
    Dalam fase perencanaan sistem dibentuk suatu struktur kerja strategis yang luas dan pandangan sistem informasi baru yang jelas akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pemakai informasi. Selama fase perencanaan sistem, harus dipertimbangkan
   Faktor  faktor kelayakan yang berkaitan dengan kemungkinan berhasilnya sistem informasi yang dikembangkan dan digunakan. Faktor  faktor strategis yang berkaitan dengan pendukung sistem informasi dari sasaran bisnis dipertimbangkan untuk setiap proyek yang diusulkan. Nilai-nilai yang dihasilkan dievaluasi untuk menentukan proyek sistem mana yang akan menerima prioritas yang tertinggi.
Faktor kelayakan (feasibility factors)
Faktor strategis (strategic factors)

  • Kelayakan teknis
  • Produktivitas
  • Kelayakan ekonomis
  • Diferensiasi
  • Kelayakan legal
  • Manajemen
  • Kelayakan operasional
  • Kelayakan rencana
b) Analisis Sistem
   Dalam tahap ini dilakukan proses penilaian, identifikasi dan evaluasi komponen dan hubungan timbale balik yang terkait dalam pengembangan sistem, definisi masalah, tujuan, kebutuhan, prioritas dan kendala-kendala system.
    Fase analisis sistem adalah fase professional sistem melakukan kegiatan analisis system. Laporan yang dihasilkan menyediakan suatu landasan untuk membentuk suatu tim proyek sistem dan memulai fase analisis system. Tim proyek sistem memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang alasan untuk mengembangkan suatu sistem baru.
   Ruang lingkup analisis sistem ditentukan pada fase ini. Profesional sistem mewawancarai calon pemakai dan bekerja dengan pemakai yang bersangkutan untuk mencari penyelesaian masalah dan menentukan kebutuhan pemakai.
   Beberapa aspek sistem yang sedang dikembangkan mungkin tidak diketahui secara penuh pada fase ini, jadi asumsi kritis dibuat untuk memungkinkan berlanjutnya siklus hidup pengembangan system. Pada akhir fase analisis sistem, laporan analisis sistem disiapkan. Laporan ini berisi penemuan-penemuan dan rekomendasi. Bila laporan ini disetujui, tim proyek sistem siap untuk memulai fase perancangan sistem secara umum. Bila laporan tidak disetujui, tim proyek sistem harus menjalankan analisis tambahan sampai semua peserta setuju.
c) Perancangan Sistem Secara Umum
    Dalam tahap ini hal yang dilakukan yaitu :
   Dibentuk alternatif-alternatif perancangan konseptual untuk pandangan pemakai. Alternatif ini merupakan perluasan kebutuhan pemakai. Alternatif perancangan konseptual memungkinkan manajer dan pemakai untuk memilih rancangan terbaik yang cocok untuk kebutuhan mereka.
     Pada fase ini analis sistem mulai merancang proses dengan mengidentifikasikan laporan-laporan dan output yang akan dihasilkan oleh sistem yang diusulkan. Data masing-masing laporan ditentukan. Biasanya, perancang sistem membuat sketsa form atau tampilan yang mereka harapkan bila sistem telah selesai dibentuk. Sketsa ini dilakukan pada kertas atau pada tampilan komputer.
d) Evaluasi dan Seleksi Sistem
    Akhir fase perancangan sistem secara umum menyediakan point utama untuk
keputusan investasi. Oleh sebab itu dalam fase evaluasi dan seleksi sistem ini nilai kualitas sistem dan biaya/keuntungan dari laporan dengan proyek sistem dinilai secara hati-hati dan diuraikan dalam laporan evaluasi dan seleksi system, Jika tak satupun altenatif perancangan konseptual yang dihasilkan pada fase perancangan sistem secara umum terbukti dapat dibenarkan, maka semua altenatif akan dibuang. Biasanya, beberapa alternatif harus terbukti dapat dibenarkan, dan salah satunya dengan nilai tertinggi dipilih untuk pekerjaan akhir. Bila satu alternatif perancangan sudah dipilih, maka akan dibuatkan rekomendasi untuk sistem ini dan dibuatkan jadwal untuk perancangan detailnya.
e) Perancangan Sistem Secara Detail
  Fase perancangan sistem secara detail menyediakan spesifikasi untuk perancangan secara konseptual. Pada fase ini semua komponen dirancang dan dijelaskan secara detail.     Perencanaan output (layout) dirancang untuk semua layar, form-form tertentu dan laporan-laporan yang dicetak. Semua output direview dan disetujui oleh pemakai dan didokumentasikan. Semua input ditentukan dan format input baik untuk layar dan form-form biasa direview dan disetujui oleh pemakai dan didokumentasikan.
    Berdasarkan perancangan output dan input, proses-proses dirancang untuk mengubah input menjadi output. Transaksi-transaksi dicatat dan dimasukkan secara online atau batch. Macam-macam model dikembangkan untuk mengubah data menjadi informasi. Prosedur  ditulis untuk membimbing pemakai dan personil operasi agar dapat bekerja dengan sistem yang sedang dikembangkan.
Database dirancang untuk menyimpan dan mengakses data. Kendali-kendali yang dibutuhkan untuk melindungi sistem baru dari macam-macam ancaman dan error ditentukan. Pada beberapa proyek sistem, teknologi baru dan berbeda dibutuhkan untuk merancang kemampuan tambahan macam-macam komputer, peralatan dan jaringan telekomunikasi.
Pada akhir fase ini, laporan rancangan sistem secara detail dihasilkan. Laporan ini mungkin berisi beribu-ribu dokumen dengan semua spesifikasi untuk masing-masing rancangan sistem yang terintegrasi menjadi satu kesatuan. Laporan ini dapat juga dijadikan sebagai buku pedoman yang lengkap untuk merancang, membuat kode dan menguji sistem; instalasi peralatan; pelatihan; dan tugas-tugas implementasi lainnya.
f) Implementasi Sistem
    Pada fase ini

  • Sistem siap untuk dibuat dan di instalasi
  • Sejumlah tugas harus dikoordinasi dan dilaksanakan untuk implementasi sistem baru
  • Laporan implementasi yang dibuat pada fase ini ada dua bagian, yaitu: Rencana implementasi dalam bentuk Grantt Chart atau (Program and Evaluation Review Technique) PERT Chart Penjadwalan proyek dan tehnik manajemen. Bagian ini merupakan laporan  yang menerangkan tugas penting untuk melaksanakan implementasi sistem, seperti  pengembangan software,  persiapan lokasi peletakan sistem, instalasi peralatan yang digunakan, pengujian sistem, pelatihan untuk para pemakai sistem dan persiapan dokumentasi.
g) Pemeliharaan Sistem
   Tahap pemeliharaan dilakukan setelah tahap implementasi. Sistem baru yang berjalan digunakan sesuai dengan keperluan organisasi. Selama masa hidupnya, sistem secara periodik akan ditinjau. Perubahan dilakukan jika muncul masalah atau jika ternyata ada kebutuhan baru. Selanjutnya, organisasi akan menggunakan sistem yang telah diperbaiki tersebut. Langkah-langkah pemeliharaan sistem terdiri atas:

  1. Penggunaan Sistem , yaitu menggunakan sistem sesuai dengan fungsi tugasnya masing-masing untuk operasi rutin atau sehari-hari.
  2. Audit sistem, yaitu melakukan penggunaan dan penelitian formal untuk menentukan seberapa baik sistem baru dapat memenuhi criteria kinerja.
  3. Penjagaan sistem, yaitu melakukan pemantauan untuk pemeriksaan rutin sehingga sistem tetap beroperasi dengan baik.
  4. Perbaikan sistem, yaitu melakukan perbaikan jika dalam operasi terjadi kesalahan (bug) dalam program atau kelemahan rancangan yang tidak terdeteksi saat pengujian sistem.
  5. Peningkatan sistem, yaitu melakukan modifikasi terhadap sistem ketika terdapat potensi peningkatan sistem setelahsistem berjalan beberapa waktu.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Perkembangan teknologi informasi Indonesia sangat dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia dalam memahami komponen teknologi informasi, seperti perangkat keras dan perangkat lunak komputer; sistem jaringan baik berupa LAN ataupun WAN dan sistem telekomunikasi yang akan digunakan untuk mentransfer data. Kebutuhan akan tenaga yang berbasis teknologi informasi masih terus meningkat. Hal ini bisa terlihat dengan banyaknya jenis pekerjaan yang memerlukan kemampuan di bidang teknologi informasi di berbagai bidang serta jumlah SDM berkemampuan di bidang teknologi informasi masih sedikit, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Keberadaan bisnis yang tersebar di banyak tempat dengan berbagai ragam perangkat keras dan lunak mulai menyadari tentang betapa pentingnya untuk mempercayakan dukungan bagi keberhasilan pengolahan data komputernya kepada satu sumber yang dapat dipercaya.
Pembangunan sistem informasi merupakan hal yang penting dalam perkembangan sistem informasi. Sistem informasi adalah sistem yang terdiri dari manusia, fasilitas, alat, media danprosedur yang digunakan untuk membangun jaringan yang bersifat rutin dan membantu manajemen dalam pengambilan keputusan dan menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.Pada zaman sekarang ini pembangunan sistem informasi sangat diperlukan dalam pengembangan atau kemajuan membangun suatu perusahaan.Perusahaan dikatakan baik apabila sistem informasinya sudah sesuai atau sudah sejalan dengan Konsep Dasar Sistem Informasi.


DAFTAR PUSTAKA

James A. OBrien, Management Information Systems, Irwin Times Mirror, 1996
Kenneth C. Laudon, Jane P. Laudon, Management Information System, 10th Edition, Pearson Education, 2007
Husein, M.F dan Wibowo, A. 2002. Sistem Informasi Manajemen (Edisi Revisi). Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN
Davis, William S. 1983. SystemsAnalysis And Design: A Structured Approach. Addison-Wesley Publishing Company
HM, Yogiyanto. 1995. Analisis dan Disain Sitem Informasi: Pendekatan Terstruktur. Yogyakarta: Andi Offset

Fungsi Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

MAKALAH Fungsi Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen sarana dan prasarana D...